Hamil Di Usia 40 Tahun

Kehidupan Anda telah memasuki usia 40 tahun, namun justru pada saat inilah dalam rahim Anda tumbuh sang buah hati. Kebahagiaan dan kekhawatiran bercampur menjadi satu. Bagaimana menjalani kehamilan dan proses persalinan yang sehat dan aman di usia yang cukup berisiko bagi wanita ini?

Dr Ivan R Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, ahli kebidanan dari RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, menjelaskan bahwa kehamilan pada usia di atas 37 tahun ke atas merupakan kehamilan dengan risiko komplikasi yang tinggi. Pada usia ini kualitas sel telur yang diproduksi sudah tidak bagus, dan ketika bertemu sperma akan menghasilkan kualitas janin yang tidak bagus. “Seiring bertambahnya usia maka risiko kelahiran bayi dengan down syndrome adalah 1:50, hal ini sangat jauh berbeda pada kehamilan wanita usia 20-30 tahun yang memiliki risiko sebesar 1:1500. Selain itu kehamilan ini juga memiliki risiko keguguran yang tinggi karena terjadi nature selection, yaitu janin yang awalnya tidak bagus bisa jadi tidak berkembang pada satu tahap tertentu atau tumbuh namun dengan kelainan,” jelas Ivan.

Risiko ini akan sama bahkan lebih meningkat pada kehamilan bukan anak pertama, seperti komplikasi pendarahan dan keguguran. Salah satu komplikasi yang biasa terjadi pada kehamilan ini adalah preclampsia yang menyebabkan terjadinya pendarahan saat hamil atau setelah melahirkan. “Begitu Anda mengetahui kehamilan, datanglah ke dokter kebidanan dan konsultasikan mengenai pilihan screening atau tes yang bisa dilakukan,” imbuhnya. Berbagai pilihan yang dapat dilakukan antara lain adalah: USG, Triple Test dengan mengambil sample darah, Nuchal Translucency yang mengukur ketebalan belakang leher janin, dan Amniocentesis yaitu pengambilan cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke lab genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom. Panduan dan kunjungan ke dokter menjadi program utama dalam agenda Anda.

Tips:
1.Makan dan hidup sehat.
2.Olahraga low-impact.
3.Minum suplemem asam folat (Folic Acid)
4.Prioritaskan kunjungan rutin ke dokter

Source: Majalah Inspire Kids

Ibu Menyusui Jarang Terkena Kanker Payudara

BANDUNG — Selain baik bagi kecerdasan otak anak, menyusui juga dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara bagi sang ibu, kata dr Dradjat R Suardi, spesialis kanker payudara.

“Ibu menyusui dapat mengurangi risiko tekena kanker payudara sebesar 10-15 persen,” katanya pada peresmian Yayasan Kanker Payudara Jawa Barat di Bandung.

“Pupuk” kanker adalah hormon estrogen dalam tubuh. Ketika masa hamil dan menyusui, muncul hormon progesterone. Hormon ini kemudian meningkat dan melakukan proteksi, sehingga hormon estrogen tidak lagi dominan,katanya.

Ia menjelaskan, jika sang ibu menyusui setelah melahirkan, maka terdapat jangka waktu 27 bulan bagi sang ibu dimana hormon estrogen tidak dominan dalam tubuh. Dikatakannya, bahwa dalam jangka waktu tersebut, risiko ibu terkena kanker payudara berkurang.

Meskipun pupuk kanker berasal dari hormon estrogen, tidak berarti kaum pria terhindar dari risiko kanker payudara.

Dalam tubuh pria juga terdapat hormon estrogen meskipun kadarnya tak sebanyak yang terkandung dalam tubuh wanita. “Laki-laki itu juga punya kelenjar payudara, hanya saja tidak berkembang seperti perempuan,” katanya lagi.

Risiko pria terkena kanker payudara adalah sebesar 1 persen. Gejala-gejala yang timbul pada pria yang terkena kanker ini serupa dengan wanita, seperti munculnya benjolan di payudara dan keluar cairan dari puting.

Umumnya gejala kanker payudara pada pria lebih mudah dikenali dibandingkan dengan wanita. “Kalau ada benjolan pada payudara lelaki akan lebih mudah terlihat, karena payudara mereka tidak berkembang seperti perempuan,” tambahnya.

– ant/ahi ::republika::

Koleksi Terbaru Minimishop

Koleksi terbaru minimishop Rp 40,000 / item
(belum termasuk ongkos kirm)

 Order now: minimishop@yahoo.com – 0856 998 1825